Saturday, November 8, 2014

Tindakan Ekonomi dan Struktur Sosial

BAB I 
P E N D A H U L U A N

      A.    Latar Belakang
Para ekonom sering menganggap tindakan ekonomi dapat ditarik dari hubungan antara selera  di satu sisi serta kuantitas dan harga dari barang dan jasa di sisi lain. Singkatnya, menurut ekonomi, tindakan ekonomi berkaitan dengan selera, kualiantas dan harga barang dan jasa. Sebaliknya bagi sosiologi, makna dikontruksi secara historis dan mesti diselidiki secara empiris, tidak bisa secara sederhana ditarik secara asumsi dan lingkungan eksternal. Oleh karena itu, sosiolog dapat melihat tindakan ekonomi sebagai suatu bentuk dari tindakan social. Maksudnya seperti yang dikatakan Weber (1964: 12), tindakan ekonomi dapat dilihat sebagai suatu tindakan social sejauh tindakan tersebut memerlihatkan tingkah laku orang lain.
Secara empiris dalam tindakan ekonomi dan struktur sosial mengatakan bahwa permasalahan kesejahteraan sosial yang berkembang dewasa ini menunjukkan bahwa ada sebagian warga negara yang belum dapat memenuhi kebutuhan dasar secara mandiri karena kondisinya yang mengalami hambatan fungsi sosial, dan akibatnya mereka mengalami kesulitan dalam mengakses sistem pelayanan sosial dasar serta tidak dapat menikmati kehidupan yang layak bagi kemanusiaan.
Secara yuridis terdapat dalam UUD 1945 Pasal 28 H ayat 2 dinyatakan bahwa setiap orang berhak mendapat kemudahan dan perlakukan khusus untuk memperoleh kesempatan dan manfaat yang sama guna mencapai persamaan dan keadilan. Keterkaitan tindakan ekonomi dan struktur sosial daripada UUD ini adalah bahwa produsen dan konsumen mereka harus saling menguntungkan antara satu sama lain tanpa ada pihak yang di rugikan untuk mencapai suatu kesepakatan dimana konsumen merasa puas terhadap apa yang ditawarkan atau disediakan oleh produsen.

      B.     Rumusan Masalah
Rumusan masalah dari tindakan ekonomi dan struktur social ini yaitu :

1.      Bagaimana Permasalahan tentang embeddedness dalam kehidupan ekonomi ?
2.      Bagaimana trik ulur konsep tindakan dalam sosiologi  dan ekonomi ?
3.      Bagaimana embeddedness, kepercayaan dan kekeliruan dalam mempengaruhi kehidupan ekonomi? 
4.      Bagaimana permasalahan pasar dan hirarki (birokrasi ) dalam mempengaruhi ekonomi ?


BAB II
P E M B A H A S A N



    A.   Masalah Embeddedness
Konsep ini digunakan untuk menjelaskan fenomena perilaku ekonomi dalam hubungan sosial. Konsep keterlekatan ( embeddedness ), menurut Granovetter, merupakan tindakan ekonomi yang disituasikan secara sosial dan melekat dalam jaringan sosial personal yang sedang berlangsung di antara para aktor. Ini tidak hanya terbatas terhadap tindakan aktor individual sendiri tetapi juga mencakup perilaku ekonomi yang lebih luas, seperti penetapan harga dan institusi-institusi ekonomi, yang semuanya terpendam dalam suatu jaringan hubungan sosial. Adapun yang dimaksudkan jaringan hubungan sosial ialah sebagai “Suatu rangkaian hubungan yang teratur atau hubungan sosial yang sama di antara individu-individu atau kelompok-kelompok.” Cara seorang terlekat dalam jaringan hubungan sosial adalah penting dalam penentuan banyaknya tindakan sosial dan jumlah dari hasil institusional. Misalnya, apa yang terjadi dalam produksi, distribusi dan konsumsi sangat banyak dipengaruhi oleh keterlekatan orang dalam hubungan sosial.
KETERLEKATAN EKONOMI DALAM MASYARAKAT MODERN
Menurut Polanyi dan kawan-kawan ([1957]1971:43,68) ekonomi dalam masyarakat pra-industri melekat dalam institusi-institusi sosial, politik, dan agama. Ini berarti bahwa fenomena seperti perdagangan, uang dan pasar diilhami tujuan selain dari mencari keuntungan. Kehidupan ekonomi dalam masyarakat pra-industri diatur oleh resiprositas dan redistribusi.
Permintaan dan penawaran bukan sebagai pembentuk harga tetapi lebih kepada tradisi atau otoritas politik. Sebaliknya dalam masyarakat modern, “Pasar yang menetapkan harga” diatur oleh suatu logika baru, yaitu logika yang menyatakan bahwa tindakan ekonomi tidak mesti melekat dalam masyrakat. Dengan kata lain, ekonomi terstruktur atas dasar pasar yang mengatur dirinya sendiri dan secara radikal melepaskan dirinya dari institusi sosial lainnya untuk berfungsi menurut hukumnya. Jadi ekonomi dalam tipe masyarakat seperti ini, ditegaskan sekali lagi, diatur oleh harga pasar, yang mana manusia berperilaku dalam suatu cara tertentu untuk mencapai perolehan yang maksimum.
Dalam membahas keterlekatan ekonomi dalam masyarakat. Poanya mengajukan tiga tipe proses ekonomi yaitu resiprositas, redistribusi, dan pertukaran. Itu terjadi apabila hubungan timbal balik antara individu-individu sering dilakukan. Hal ini terjadi karena adanya komunitas politik yang terpusat. Misalnya pada kerajaan-kerajaan Jawa tradisional, raja mempunyai hak untuk mengumpulkan pajak dari rakyatnya. Sebaliknya rakyat akan mendapat perlindungan keamanan maupun “berkah” dari pusat(raja). Acara sekatenan yang diadakan sekali setahun merupakan satu contoh redistribusi yang dilakukan oleh pusat.
Granovetter dan Swedberg (1992) tidak setuju dengan Polanyi tentang tingkat atau derajat dari keterlekatan. Dia menegaskan bahwa tindakan ekonomi dalam masyarakat industri juga melekat sebagaimana yang terjadi dalam masyarakat pra-industri, dengan tingkat dan level yang berbeda.
Behavoiur (1976), mulai dengan beberapa unit perilaku atau aktor yang diasumsikan “berperilaku rasional” . Berperilaku rasional berarti memaksimalkan keajengan perilaku yang diantisipasi atau diharapkan akan membawa imbalan atau hasil di masa akan datang.
Dalam hal ini rasional berarti :
1.                    1.  Aktor melakukan perhitungan dari pemanfaatan atau preferensi dalam pemilihan suatu bentuk tindakan.
  1. Aktor juga menghitung biaya bagi setiap jalur perilaku.
  2. Aktor berusaha memaksimalkan pemanfaatan untuk mencapai pilihan tertentu.
Menurut Granovetter (1989), pendekatan pilihan rasional adalah bentuk ekstrem dari indivudualisme metodologis yang mencoba meletakkan suatu superstruktur yang luas diatas fundamen yang sempit, karena pendekatan pilihan rasional tidak memperhatikan secara serius pentingnya struktur jaringan sosial dan bagaimana struktur ini mempengaruhi hasil secara keseluruhan.

     B.   Trik ulur konsep tindakan dalam sosiologi dan ekonomi
Sosiologi ekonomi adalah studi tentang bagaimana cara orang atau masyarakat memenuhi kebutuhannya atas jasa dan barang langka dengan menggunakan pendekatan sosiologi. Dari pengertian ini, sosiologi ekonomi berkaitan dengan fenomena ekonomi dan pendekatan sosiologis. Fenomena ekonomi adalah gejala bagaimana cara orang/masyarakat memenuhi kebutuhan hidupnya atas barang dan jasa. Cara yang dimaksud adalah semua aktivitas orang/masyarakat yang berkaitan dengan produksi, distribusi, pertukaran, konsumsi jasa dan barang yang langka.
Secara rinci, Swedbwerg menuliskan fenomena-fenomena ekonomi tersebut terdiri dari konsumsi dan produksi, produktivitas dan inovasi teknologi, pasar, kontrak, uang, tabungan, organisasi ekonomi (bank, koperasi) kehidupan dalam tempat kerja, pembagian kerja dan segregasi pekerjaaan, kelas ekonomi, ekonomi internasional, ekonomi dan masyarakat luas, dampak faktor gender dan etnik terhadap ekonomi, kekuatan ekonomi dan ideologi ekonomi. Berbeda dengan pendekatan sosiologis adalah kerangka acuan, variabel-variabel dan model-model yang digunakan oleh para soisolog untuk memahami dan menjelaskan kenyataan sosial atau fenomena yang terjadi dalam masyarakat. Dalam memahami dan menjelaskan kenyataan atau fenomena yang terjadi dalam masyarakat, pendekatan yang digunakan oleh sosiolog berbeda dengan para ekonom. Perbedaan tersebut disebabkan adanya perbedaan metodelogis, sejarah ilmu dan cara menyikapi kegiatan praktis.
Dalam menjelaskan transaksi ekonomi, para ekonom lebih menekankan pada individu, sedangkan titik tolak para sosiolog adalah kelompok, institusi dan masyarakat. Mikroekonomi mengasumsikan bahwa aktor tidak dihubungkan dan dipengaruhi oleh faktor lain. Aktor diasumsikan memiliki seperangkat pilihan dan preferensi uyang telah tersedia dan stabil. Tindakan aktor ditujukan untuk memaksimalkan pemanfataan individu dan keuntungan perusahaan . Sementara dalam sosiologi, tindakan ekonomi mencakup beberapa kemungkinan tipe, yaitu rasional, spekulatif-rasional, dan tradisional.
Yang tersebut terakhir oleh ekonomi tidak dianggap sebagai tindakan ekonomi. Para ekonomi memberi sedikit perhatian pada aspek kekuasaan, sedangkan sosiolog memberikan porsi yang besar terhadap kekuasaan. Dalam pandangan ekonomi, tindakan ekonomi juga dibatasi oleh selera dan kelangkaan sumberdaya. Sementara, sosiolog melihat bahwa tindakan tidak hanya dipengaruhi oleh sumberdaya, melainkan juga dipengaruhi oleh aktor-aktor lain yang akan menghambat atau memudahkan tindakan ekonomi dalam pasar atau dalam sistem patron-klien.
Sosiologi ekonomi memusatkan perhatiannya pada tiga hal, yaitu pertama; analisis sosiologis terhadap proses ekonomi, misalnya proses pembentukan harga pelaku ekonomi, kedua; analisis hubungan dan interaksi antara ekonomi dan instansi lain dari masyarakat, misalnya hubungan antara ekonomi dengan agama dan ketiga; studi tentang perubahan institusi dan parameter budaya yang menjadi konteks bagi landasan ekonomi masyarakat misalnya semangat kewirausahaan di kalangan santri.

    C.   Embeddedness, kepercayaan dan kekeliruan dalam kehidupan ekonomi
Bagaimana peran dari embeddedness, kepercayaan dan kekeliruan dalam kehidupan ekonomi? Misalnya seperti ini kita memberi contoh :  Seorang pedagang ditanah abang memberi kredit sejumlah sepuluh juta dalam bentuk barang kepada seorang pedagang yang berasal dari Makassar. Kredit tersebut dicicil ketika setiap pedagang yang berutang tersebut datang ke Jakarta untuk membeli barang. Bagamaimana memahami perilaku tersebut? mengapa pedagang tanah abang tersebut mempercayai bahwa pedagang yang dari Makassar akan kembali datang kepadanya untuk membeli barang dan sembari menyicil utang?
Dalam perilaku ekonomi tersebut melekat konsep kepercayaan (trust). Kepercayaan merupakan institusi sosial yang berakar dari hasil evolusi kekuatan-kekuatan politik,sosial,sejarah dan hukum, dipandang sebagai solusi yang efisien terhadap fenomena ekonomi tertentu. Sebaliknya pendekatan aktor yang lebih tersosialisasi memandang bahwa kepercayaan merupakan moralitas umum dalam perilaku ekonomi. Moralitas tersebut dipandang sesuatu yang umum dan universal terjadi dalam perilaku ekonomi.
Kedua pendekatan tersebut diatas mengabaikan identitas dan hubungan masa lampau para aktor yang terlibat dalam suatu interaksi sosial. Oleh karena itu pendekatan sosiologi ekonomi baru atau sering juga disebut pendekatan “keterlekatan” mengajukan pandangan yang lebih dinamis, yaitu bahwa kepercayaan tidak mucul dengan seketika tetapi terbit dari proses hubungan antar pribadi dari aktor-aktor yang sudah lama terlibat dalam perilaku ekonomi secara bersama.
    
     D.   Masalah pasar dan hirarki ( birokrasi )
Menurut Koran (KOMPAS, 23 Januari 2002)Jika individu adalah otonom, rasional dan mudah memperoleh informasi (well-informed); dan jika hukum kepemilikan berlaku dengan baik, maka pasar adalah institusi yang paling handal dalam mangalokasikan sumber daya secara optimal.
Tapi kenyataannya individu tidak otonom, karena rasionalitasnya terbatas (Simon, 1947). Informasi sulit didapatkan, karena bersifat asimetri (Arrow, 1957; Stiglitz, 1994). Sementara itu, setiap transaksi yang dilakukan selalu membutuhkan biaya (Coase, 1937; Williamson, 1977). Jadi pasar tidak efektif?
Menurut para pemikir institusionalis pasar telah dianggap gagal, dan sebagai gantinya hirarki diyakini akan lebih efektif dalam mengalokasikan sumber daya. Generasi pertama pemikir institusionalis, seperti Veblen dan Schumpeter, sangat menekankan inovasi dan “internalisasi” dibanding “eksternalisasi” yang terlalu menekankan pada kekuatan pasar.
Williamson, seorang neo-institusionalis, mengatakan bahwa dibanding dengan pasar organisasi lebih memiliki keuntungan, karena rendahnya biaya transaksi (transaction cost). Sebabnya, dalam organisasi terdapat hirarki dan kekuasaan yang mengatur mekanisme alokasi sumber daya menjadi lebih efektif.
Di antara dua kutub besar ini, yaitu antara hirarki dan pasar, muncul tesis mengenai kepercayaan (trust). Tesis yang dikembangkan dari teori neo-institusionalisme ini mencoba memperluas konsep kelembagaan menjadi semacam “kontrak sosial”. Lembaga bukan harus selalu berarti kekuasaan dan hirarki, tetapi juga bisa berarti jaringan dan kontrak yang dibangun atas dasar kepercayaan antar-individu. Dan dari titik pijak ini, dilema antara hirarki dan pasar bisa dipecahkan.
Mekanisme pasar di satu sisi dan kekuatan hirarki kekuasaan di sisi lain, banyak mengalami kemandulan jika tidak didukung oleh landasan kepercayaan dari masyarakat.
Jadi hubungan tiga pilar antara negara-pasar-masyarakat adalah kunci bagaimana kebijakan diterapkan dan sumber daya dialokasikan. Jika pasar selalu berorientasi pada mekanisme pembentukan harga (price), dan hirarki terlalu menekankan otoritas dan kekuasaan (power), maka kepercayaan (trust) adalah bangunan kontrak sosial yang muncul secara partisipatif dari komunitas masyarakat.
Dalam masyarakat modern, bentuk kepercayaan yang dibutuhkan bukan kepercayaan yang ideologis atau hasil dari hirarki kekuasaan yang represif, melainkan kepercayaan yang bersifat refleksif (reflective trust). “Kepercayaan refleksif” sebagai lawan dari “kepercayaan buta” (blind trust), terbentuk dari kesalingtergantungan antara mekanisme harga, otoritas dan kepercayaan itu sendiri (Adler, 2001).
Dikotomi ini mirip dengan apa yang dilakukan Giddens (1984) dengan pembedaan antara tindakan yang bersifat recursif dan discursif. Tindakan rekursif adalah aksi yang sudah secara otomatis dilakukan tanpa ada usaha untuk dipersoalkan lagi, sehingga menjadi aksi rutin yang berulang-ulang. Tindakan rekursif bersumber dari sebuah tatanan, aturan, nilai (struktur) tertentu dan hasil dari tindakan tersebut akan memperkuat struktur yang sudah ada (status quo). Sebaliknya tindakan diskursif berpola mempersoalkan tatanan, aturan, nilai (struktur) yang sudah ada dan hasilnya adalah perubahan terhadap struktur tersebut.
Kepercayaan refleksif muncul dari mekanisme mempersoalkan bentuk kemapanan tertentu, sebelum akhirnya memutuskan untuk menaruh ikatan kepercayaan pada suatu tatanan. Kepercayaan adalah salah satu bentuk mekanisme koordinasi dalam sistem kebersamaan (komunalitas). Sementara itu, kepercayaan bisa terbentuk karena alasan kebiasaan (familiarity) melalui interaksi yang berulang-ulang, kepentingan (interest) yang terwakili dalam interaksi, atau atas alasan nilai (values) tertentu. Betapa pun bervariasinya alasan sebuah “kontrak sosial” terbentuk, tetapi kepercayaan dalam komunitas individu tidak terbentuk begitu saja.
Pada tingkat mikro, tingkat kepercayaan adalah kunci dalam membangun jaringan. Menurut teori biaya transaksi (Transaction Cost Theory) kepercayaan akan mengurangi biaya pengendalian antara prinsipal dan agen dan risiko agensi (agency risk). Hilangnya kepercayaan akan meningkatkan biaya kontrol dan pada saat bersamaan menurunkan efisiensi dan efektivitas kerja. Itulah mengapa banyak perusahaan sangat menekankan metode partisipatif. Menurut teori ini, tujuan akhirnya tetap saja menekan biaya transaksi.
Jika hubungan prinsipal-agen ini diterapkan dalam kasus hubungan antara negara dan masyarakat, maka kepercayaan masyarakat terhadap negara pada dasarnya juga akan menurunkan biaya transaksi, sehingga kebijakan publik menjadi lebih efisien. Di lain pihak, kepercayaan hanya akan muncul jika ada reputasi. Maka langkah pertama dan utama untuk menarik tingkat kepercayaan masyarakat adalah membuat institusi negara menjadi lembaga yang berwibawa dan memiliki reputasi.
Mengapa masyarakat sangat percaya pada mekanisme harga di pasar? Karena menurut pengalaman historis tertentu, pasar lebih memiliki reputasi ketimbang negara. Negara selalu identik dengan insitusi korup dan penuh dengan kepentingan, sementara pasar dianggap netral dan alamiah.
Namun jangan lupa bahwa pergeseran pada salah satu kutub punya dampak yang sama, yaitu munculnya otoritarianisme. Entah itu otoritarianisme pasar atau otoritatiranisme negara. Jadi bukankah lebih baik berorientasi pada pembentukan kepercayaan (kontrak sosial) di antara anggota masyarakat, sehingga terbangun sebuah istitusi kemasyarakatan yang kuat. Dan bukan menekankan pada institusi negara dan pasar.
Dan jika dalam hukum pasar, kepercayaan hanya diletakkan pada kekuatan invisible (in God we trust, semboyan untuk mata uang dolar AS), maka kepercayaan konkrit yang terbangun antar-individu akan menjadi solusi yang mempertemukan perdebatan antara kutup otoritarianisme pasar dan negara.


BAB III
                                                                      P E N U T U P
      A.    Kesimpulan
Dari pembahasan di atas kami dapat menyimpulkan bahwa tindakan ekonomi dan struktur social dalam sosiologi ekonomi saling terkait antara satu sama lain saling berhubungan dan saling membutuhkan. Karena banyaknya keberagaman dan jenis-jenis perilaku dalam tindakan ekonomi dan struktur socialtersebut membuat kita sebagai pelaku ekonomi dan pemakai dari proses-proses tersebut berpengaruh sedikit banyak. baik terlibat secara langsung ataupun tidak langsung dalam proses ekonomi.
Tentu hal tersebut memberi dampak pula pada masyarakat secara fisiologis, psikis, perilaku dan lainnya. Oleh karena itu hal tersebut akan menimbukan keterkaitan antara yang satu dengan yang lainnya sebagai akibat dari hal tersebut.
Faktor-faktor ekonomi yang sangat rentan dan berfluktuasi menjadi salah satu pengaruh yang banyak berperan dalam masyarakat. Bahkan dapat menciptakan stratifikasi sosial di berbagai aspek kehidupan masyarakat kita. Dari segi profesi, pendapatan, diferensiasi sosial, dan lain-lain
Sebagai contoh, keterlekatan antara profesi dan pendapatan. Hal tersebut dapat memberi multiplier efek terhadap kehidupan masyarakat di aspek lainnya. Tentu profesi dengan jabatan yang tinggi akan member
i dampak kepada pola konsumsi, dan pandangan masyarakat akan hal tersebut.
       B.     Saran dan Pesan
Semoga Makalah ini berguna dan bermanfaat bagi kita semua dalam memahami konsep tindakan ekonomi dan struktur social. Meskipun masih banyak terdapat kekurangan didalamnya, tapi kami sudah berusaha semaksimal mungkin dalam proses penyelesaikan Makalah ini, telah banyak pengorbanan waktu, tenaga, biaya, dan bantuan dari berbagai pihak yang diberikan kepada kami. Oleh karena itu melalui kesempatan ini dengan hati yang tulus, kami menyampaikan ucapan terima kasih atas semuanya. Maka dari itu mohon kritik dan saran yang membangun untuk dapat menyempurnakan Makalah ini. Terima Kasih. (^.^)v hehe




DAFTAR PUSTAKA
Prof. Dr. Damsar, 2009, pengantar sosiologi ekonomi, Jakarta, kencana media group.

No comments:

Post a Comment

Terima Kasih Atas Kunjungan Anda

Penyajian Data Statistik dalam Bentuk Tabel, Diagram Batang, Garis, Lingkaran, Tabel Distribusi Frekuensi, Relatif dan Kumulatif, Histogram, Poligon Frekuensi, dan Ogive

Dalam artikel kali ini, kita akan mempelajari penyajian Data statistik dalam bentuk tabel, diagram batang, garis, lingkaran, tabel distribu...